Berang-berang
Bukan Ahli Arsitektur Bendungan
Berang-berang
(Mustelidae). Ketika mendengar kata
berang-berang atau dalam bahasa Sunda dan Jawa disebut “Sero”, yang terlintas dalam
pikiran kita ialah hewan menyerupai Musang, merupakan hewan yang handal dalam
membuat bendungan dari kayu dan ranting ketika berang-berang akan membuat tempat tinggal mereka. Padahal
pandangan tersebut mengenai Berang-berang sangat keliru sekali. Hahh! Kok bisa! Lalu bagaimana kah sosok berang-berang yang sebenarnya, dan apakah
yang menjadi alasan bahwa hal tersebut merupakan kekeliruan bahwa berang-berang
bukan hewan yang mampu membuat bendungan?
Si
Musang Pemakan Ikan
Berang-berang
mempunyai bentuk yang menyerupai musang, tetapi berang-berang memiliki tungkai yang relatif lebih pendek, dengan cakar
yang berselaput, kecuali pada berang-berang laut yang mempunyai ekor panjang dan berotot. Rambut-rambut di tubuhnya terdiri dari dua lapisan. Bagian
luar dengan rambut-rambut yang panjang dan relatif keras dan kaku. Bagian dalam mempunyai rambut-rambut
yang halus dan lunak. Lapisan dalam ini tidak tembus oleh air dan memerangkap udara di dalamnya,
sehingga menjaga kulit berang-berang tetap kering dan hangat meskipun berang-berang ini sedang berenang di dalam air
yang sangat dingin.

Tubuh berang-berang yang mirip musang
Ikan merupakan makanan utama yang paling disukai oleh berang-berang. Seekor berang-berang
memerlukan sekitar 100 gram ikan per jam agar tetap bertahan hidup. Benar benar maniak ikan ya hewan
yang satu ini! hehe. Kebanyakan jenis berang-berang
menghabiskan 3 hingga 5 jam perhari untuk berburu mangsanya, dan induk
berang-berang yang tengah mengasuh anaknya memerlukan waktu yang lebih banyak,
hingga 8 jam sehari. Wow, pekerja keras bukan? Sebagai selingan, berang-berang juga memangsa kodok, udang, dan yuyu.
Jenis berang-berang tertentu pandai membuka cangkang kerang untuk memangsanya,
sementara jenis yang lainnya cukup tangkas untuk menangkap mamalia kecil atau
burung di habitatnya. Ketergantungan kepada mangsa ini menyebabkan
berang-berang rawan terhadap penurunan populasi mangsa.
Berang-berang merupakan hewan yang lincah dan
aktif, memburu mangsanya di perairan atau di dasar sungai, danau, dan laut.
Kebanyakan jenis hidup dan tinggal di dekat air, masuk ke badan air untuk
berburu atau berpindah tempat, namun sebagian besar waktunya dihabiskan di
daratan. Kebalikannya, berang-berang laut menghabiskan sebagian besar hidupnya
di laut.
Kekeliruan
Mendasar Orang Indonesia
Nama berang-berang yang dikenal oleh
masyarakat luas ialah hewan mamalia yang mempunyai kemampuan dalam membendung
sebuah sungai yang dijadikannya sebagai sarang untuk mereka jadikan sebagai tempat
tinggal. Padahal persepsi tersebut sangat keliru. Hah! Kok bisa yah?
Dalam bahasa Inggris dikenal dua nama yakni “Otter”
dan “Beaver” yang dalam bahasa Indonesia kerap sama-sama diterjemahkan
menjadi berang-berang. Otter adalah
binatang semi-akuatik anggota famili Mustelidae
yang hidup di hampir seluruh dunia kecuali Australia. Jenis inilah yang lebih
tepat disebut berang-berang.
Sedangkan Beaver adalah hewan
pengerat yang mampu hidup di dua tempat (air dan darat), yang hidup di Amerika
dan Eropa. Meskipun kurang tepat, beaver diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi berang-berang juga. Jadi, pada hewan jenis ini yang membuat
salah persepsi kebanyakan orang dalam menyebut bahwa berang-berang mempunyai
kemampuan dalam membuat Bendungan.
Antara berang-berang otter dan beaver secara taksonomi memiliki kekerabatan yang sangat jauh.
Meskipun sama-sama mamalia, namun keduanya telah berbeda di tingkat Ordo. Otter berordo Carnivora (pemakan daging)
sedangkan beaver berordo Rodentia (hewan pengerat). Weiss
jauh sekali yah tingkat kekerabatannya. Secara perilaku keduanya pun
memiliki perbedaan mencolok. Beaver
membuat sarang dengan membuat bendungan dari ranting-ranting, sedangkan otter bersarang di lubang-lubang di
pinggir sungai.
Sungguh
Beragam Bukan Berang-berang Indonesia?
Jenis berang-berang di seluruh Dunia
ada 13 jenis berang-berang dengan penyebarannya hampir tersebar di seluruh
dunia kecuali pada daerah Australia. Dari ke 13 jenis yang ada di seluruh
dunia, Indonesia memiliki empat jenis berang-berang yaitu Lutrogale
perspicillata, Lutra lutra, Lutra sumatrana dan Aonyx cinereus.
Berang-berang bulu licin (Lutrogale perspicillata) merupakan
berang-berang dengan ukuran tubuh paling besar untuk jenis berang-berang yang
ada di Indonesia dengan panjang total mencapai 1,2m dan berat 11 Kg.
Berang-berang ini hidup berkelompok dalam satu keluarga terdiri dari seekor
jantan, seekor betina dan beberapa ekor anaknya.
Bentuk tubuh berang-berang bulu licin
Berang-berang hidung berbulu (Lutra sumatrana) memiliki bentuk yang
mirip dengan Lutra lutra, karena
mempunyai kekerabatan pada tingkat genus yaitu sama-sama memiliki nama genus Lutra. tetapi dengan ciri khas
pembedanya yaitu rhinarium (bantalan hidung) yang ditumbuhi rambut,
sedangkan Lutra lutra tidak ditumbuhi
rambut. Jenis ini merupakan berang-berang yang paling langka dan dicari.
Setelah spesimen tipenya yang dideskripsikan oleh Gray pada tahun 1865, di
Sumatera hanya pernah ditemukan kembali pada tahun 2005 dengan menemukan
bangkai terlindas mobil di pinggir jalan dekat sungai Musi. Sebelum dan
sesudahnya tidak pernah didapatkan informasi yang akurat tentang keberadaannya
di Sumatera. Namun, penelitian tentang jenis ini lebih berkembang di negara
lain seperti di Kamboja, Thailand dan Vietnam. Jadi, informasi tentang ekologi
hewan ini masih sangat sedikit.
Berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus) merupakan berang-berang
terkecil di dunia. Dengan panjang kira-kira ukuran 65 sampai 70 cm dan berat
sekitar 5 kg, berang-berang ini termasuk jenis yang paling sosial. Mereka hidup
berkelompok dengan jumlah anggota dapat mencapai lebih dari 20 individu dalam
satu kelompok. Jenis ini lebih toleran terhadap aktifitas manusia, bisa hidup
dengan mencari makan keong mas dan ikan-ikan kecil di sawah. Berang-berang ini
menyukai kepiting, ikan dan keong mas.
Berang-berang:“Mana
Perlindungan Terhadapku?”
Sekarang ini banyak faktor-faktor
yang dapat mengancam kelestarian hewan ini, seperti perusakan
habitat, sumber makanan bagi berang-berang yang diakibatkan oleh habitatnya
yang rusak, selain itu ancaman kepunahan berang-berang datang dari manusia. Lahan
basah sebagai habitat berang-berang sekarang ini terancam oleh perubahan
penggunaan lahan seperti pembukaan perkebunan sawit besar-besaran di daerah
rawa, pembangunan pemukiman serta pembangunan waduk dan saluran irigasi yang
dibeton sehingga tidak menyediakan tempat bagi berang-berang untuk bersarang.
Pertambangan pasir dan emas juga telah merusak ekosistem sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar